TRIWULAN

Sumber: https://pin.it/1WHIGOP

TRIWULAN
Oleh swa


Dibawah langit temaram, aku berjalan tanpa arah ditengah berisiknya kota ini. Hingga tanpa sadar langkah kakiku membawaku kesebuah bangunan yang sebagian dindingnya adalah kaca hingga membuatku bisa melihat kedalamnya.

Dengan design interior yang sangat menarik membuatku tanpa sadar melangkah masuk dan di sambut hangat dengan wangi kopi dan kue yang semerbak.

Setelah memesan menu, mengingat ruangan ini terisi penuh dengan meja kursi yang hampir semuanya telah memiliki pemilik.

Yang mengharuskanku mau tak mau duduk berhadapan dengan pria yang tak kukenal ini, karna tak mungkin bukan aku akan memakan kue dengan berdiri.

Hening dari kami, diiringi oleh hiruk piruknya setiap insan yang bercengkrama.

Sungguh situasi yang kontras sekali bukan.

Tapi, tak berselang lama, entah siapa yang memulai, hening itu tergantikan oleh cerita cerita dari Abian, seorang pria yang baru ku ketahui namanya ini, dengan aku sebagai pendengar begitupun sebaliknya.

Kami bercengkrama layaknya setiap insan yang berada di ruangan ini

Hingga kue yang ku pesan menyisakan piring yang memiliki noda krim vanilla dan Cangkir pria didepanku ini yang sudah menyisakan sedikit ampas kopi.

Canda gurau yang dikeluarkan tak ada hentinya. Sampai tiba waktupun menyalakan alarmnya.

Membuat pertemuan kita terhenti. Mengharuskan kita untuk melangkah menjauh dari bangunan yang menarik ini dengan masing masing dari diri berjanji tuk bersua kembali di ruangan yang memiliki wangi kopi dan kue tersebut.


Sejak pertemuan pertama itu, entah bagaimana kita semakin dekat. Selalu datang dihari dan jam yang sama bahkan dengan menu yang sama pula.

Anehnya aku tak pernah merasa bosan, bagaimana bisa?

Entah sejak kapan hati ini mulai jatuh pada dirimu, hati ini memilihmu. Dan dengan sadar kau pun tau bahwa kau telah kupilih.

Tapi, entah mengapa secara tiba tiba pada minggu keempat bulan ketiga, kau tak datang.

Minggu pertama bulan keempat kau tak juga datang, begitupun minggu selanjutnya, anehnya aku masih saja menunggumu.

Hingga pada minggu ketiga bulan keempat aku baru kembali melihatmu memasuki ruangan ini. Seorang Abian yang kukenal, yang sudah mengambil seluruh atensiku untuk selalu memperhatikannya.

Kau masuk bersamaan dengan seorang wanita yang begitu cantik. Netramu yang takjub ketika menatapnya. Senyummu yang secerah mentari ketika melambai ke arahku. Bersamaan denganku yang diam mematung, tak tau harus bersikap bagaimana.

Pada saat kau berjalan kearahku dengan senyum cerah yang masih senantiasa menghiasi wajahmu. Dengan Netra indah yang memiliki galaksi didalamnya. Dengan tangan yang merangkul seorang wanita dengan begitu posesif.

Yang bisa kulakukan hanya tersenyum kikuk, melihatmu kembali duduk dihadapanku yang kini tak lagi sendiri. Menperkenalkannya padaku. Mendengarkanmu bercerita tentang betapa bersyukurnya dirimu menjadi pemiliknya.

Bersamaan dengan itu kau pamit dariku, dari kehidupanku secara sepihak. Menyisakanku dengan luka yang tak terlihat sendirian.

                                                       

Huh, ketika aku mengingatnya kembali entah mengapa rasa sesak itu selalu kembali menyeruak.

Lucu sekali memang, bagaimana bisa aku begitu mudahnya menaruh rasa terhadap orang yang baru kutemui.

Kau tau Abian?, Aku ingin sekali melupakan pertemuan kita. Melupakan kisah ini, tapi entah bagaimana perihal melupakan saja rasanya setengah mati begini.

Pada akhirnya, kisah ini hanya bisa kusimpan sebagai kenangan singkat tentang Abian seorang pria yang menarik seluruh atensiku pada galaksi di netranya. Pun seorang pria yang tiba-tiba pergi dan menyisakanku dengan rasa sesak sendirian.

Terimakasih untuk Triwulan ini. Terimakasih untuk waktu yang kau luangkan untuk berbagi cerita dan gurau dengan sepotong kue dan secangkir kopi. Terimakasih untuk kenangan yang  manis dan pahit didalamnnya.