Si kecil Mayat
Tanah
basah ku sangka berair
Nyatanya
memang lembab
Seraga
insan kecil tertidur dengan lelapnya
Berbalut
kain suci yang terikat di setiap ujungnya
Matanya
tertutup sayu
Lengkung
senyum gambarkan suasana hatinya
Raga
yang berubah nama satu jam yang lalu
Tertulis
di atas batu nisan berwarna
Kini
tak lagi bernyawa
Dirinya
hanyalah seorang mayat anak kecil ria
Terlihat
begitu tenang dan syahdu
Tak
ada lagi rasa sakit yang harus ia rasa
Tak
ada lagi suara bentak ayah bundanya
Yang
setiap hari pekakkan telinganya
Tubuh
memar yang selama ini menggerogoti
Kini terasa damai bersama hatinya
Ranting yang Malang
Tertiup
angin, di terpa hujan
Si
coklat gelap yang hidup berabad-abad
Dibiarkan
kering tanpa seorang pun peduli
Hidup
di tengah-tengah keserakahan
Masih
ku ingat jelas
Ketika
benda tajam bergerigi menyentuh
Dan
perlahan menggores luka di tubuhku
Semua
organ pada diriku kandas
Tak
tersisa
Terbawa
manusia-manusia serakah ke wilayahnya
Aku
terjatuh di atas rerumputan yang kering
Aku
merintih sendiri
Tapi
mereka tetap berlalu pergi
Aku
cacat, hingga burung pun tak sudi menolehku
Nasib malang sebuah ranting kering yang patah
Mata itu milik siapa?
Pagi buta tak seperti biasanya
Dentuman gendang yang entah dari mana asalnya
Sedang burung gagak bernyanyi di luasnya angkasa
Rupanya si gagak mulai mencari mangsa
Ku singkap kain merah di atas meja
Menutupi sebuah cawan dan entah siapa punya
Sepasang mataku tertuju
Terbelalak ketika mata harus memandang mata
Sepasang bola mata menggelinding di atas cawan kaca
Berkuahkan darah tak lupa sendoknya
Bau anyir menyeruak
Seolah mimpi buruk yang nyata
Balik kanan tubuhku
Tertubruk dengan seorang wanita muda
Remaja umurnya
Kakinya terseok-seok dipenuhi luka
Mulutnya menjerit luapkan derita
Mukanya yang lebam
Serta dua buah wadah terbentuk di wajahnya
Wanita itu tanpa bola mata
Aku berteriak...
Nyatanya hanya mimpi belaka
Posting Komentar